Minggu, 26 Februari 2012

Waktunya menunduk

bercerita dan berkarya, menunggu antrean kiamat
burung serak berkicau, malam enggan pagi
duduk bersandar duri, kematangan akhir dari mandiri

menari dan mencaci, bersajak dan berpolusi
diam....
diam....
cerita ini akan dimulai....menunggu....kapan.....dan bagaimana?
dunia semakin rapuh, emosi dan kata tak berjalan
Tuhan....kami berdoa diujung harapan

Rabu, 15 Februari 2012

Tradisi Potong Jari di Papua

Kamis,16/2/12

Kesedihan saat telah ditinggal pergi oleh orang yang cintai dan kehilangan salah satu anggota keluarga sangat perih. Berlinangan air mata dan perasaan kehilangan begitu mendalam. Terkadang butuh waktu yang begitu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit kehilangan dan tak jarang masih membekas dihati.
Lain halnya dengan masyarakat pegunungan tengah Papua yang melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarganya yang meninggal tidak hanya dengan menangis saja. Melainkan

ada tradisi yang diwajibkan saat ada anggota keluarga atau kerabat dekat seperti; suami,istri, ayah, ibu, anak dan adik yang meninggal dunia. Tradisi yang diwajibkan adalah tradisi potong jari. Jika kita melihat tradisi potong jari dalam kekinian pastilah tradisi ini tidak seharusnya dilakukan atau mungkin tradisi ini tergolong tradisi ekstrim. Akan tetapi bagi masyarakat pegunungan tengah Papua, tradisi ini adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan sebagian anggota keluarganya.
Bisa diartikan jari adalah symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Walaupun dalam penamaan jari yang ada ditangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu Ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbadaan setiap bentuk dan panjang memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Satu sama lain saling melengkapi sebagai suatu harmonisasi hidup dan kehidupan. Jika salah satu hilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.
Alasan lainya adalah "Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik" atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu fam/marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya (Hisage, Yulianus Joli, 07:2005). Kebersamaan sangatlah penting bagi masyarakat pegunungan tengah Papua. Hanya luka dan darah yang tersisa. Pedih-perih yang meliput suasana. Luka hati orang yang ditinggal mati anggota keluarga baru sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua memotong jari saat ada keluarga yang meninggal dunia.

Salah seorang Ibu di Papua yang pernah melakukan tradisi potong jari
Menurut informasi yang telah berkembang, bahwa pemotongan jari umumnya dilakukan oleh kaum ibu. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan pemotongan dilakukan oleh anggota orang tua keluarga laki-laki atau perempuan. Jika tersebut kasus yang meninggal adalah istri yang tak memiliki orang tua, maka sang suami yang menanggungnya. Seperti yang telah tercontoh dalam Film karya anak bangsa berjudul “Denias, Senandung di atas Awan”. Pemotongan jari juga diartikan sebagai upaya pencegahan kembali atau penolakan musibah yang telah merenggut nyawa salah satu anggota keluarga.
Terkisah tentang kepercayaan pemotongan jari penolakan musibah agar tak terulang perenggutan nyawa telah terbukti melalui sumber yang menyebutkan bahwasanya bertemu dengan seorang ibu dari suku moni daerah Paniai pegunungan tengah Papua menceritakan tentang kelingkingnya yang terpotong bukan karena kematian keluarga melainkan digigit ibu kandungnya saat baru lahir. Peristiwa pemotongan kelingking terpaksa dilakukan karena sebelumnya banyak anak kecil yang baru lahir meninggal dunia. Dengan segala harapan agar peristiwa yang dialami anak-anak lain tidak terjadi pada anaknya maka ibu kandungnya memotong jari kelingkingnya dengan menggigit hingga terputus jari kelingkingnya. Sumber menyebutkan bahwa memang terbukti ibu dari suku moni yang di temui telah memberikan banyak cucu dan cicit kepada sang ibu kandungnya yang menggigit jari kelingkingnya hingga putus.
Tradisi potong jari juga dilakukan oleh para Yakuza di Jepang. Tradisi ini muncul dari kaum Bakuto yang berartikan kaum penjudi. Tradisi potong jari disebut dengan yubitsume. Berbeda dengan yang ada di Papua pemotongan jari sebagai penolakan musibah yang merenggut nyawa atau bentuk berkabung karena anggota keluarga meninggal dunia. Akan tetapi yubitsume (potong jari) dilakukan sebagai penyesalan atapun sebagai bentuk hukuman. Awalnya hukuman yubitsume bersifat simbolik, karena ruas atas jari kelingking yang dipotong membuat si empunya tangan menjadi lebih sulit memegang pedang dengan kuat. Hal ini menjadi simbol kesungguhan dan ketaatan terhadap pemimpin.
Tradisi potong jari di Papua dilakukan dengan berbagai cara ada yang menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau parang. Cara lainya yaitu mengikat jari dengan seutas tali sampai beberapa lama waktunya sehingga menyebabkan aliran darah terhenti dan pada saat aliran darah berhenti baru dilakukan pemotongan jari.
Selain tradisi pemotongan jari, ada juga tradisi yang dilakukan dalam upacara berkabung. Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh kelompok atau anggota dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai konotasi berarti setiap orang yang telah meninggal dunia telah kembali kea lam. Manusia berawal dari tanah dan kembali ke tanah.
Tradisi potong jari pada saat ini belom ada sumber yang mengatakan bahwa masih berlangsung tradisi potong jari, namun belum ada sumber juga yang menyebutkan tradisi ini telah punah dan tidak dilaksanakan lagi. Bisa dikatakan ada namun jarang ditemui atau dilakukan dikarenakan mungkin karena pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua.
Kepustakaan:
Hisage, Yulianus Jol.(2005).Ketika Balim Memandang Hidup.
Kevinz.(2009). Asal Usul Yakuza.[Online]http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2993704. Diakses pada 20-01-2010
Imamuddin SA.(2009).Sisi Lain Film Denias; Senandung Di atas Awan.[Online]http://www.sastra-indonesia.com/2009/01/mentari-kecil-di-boneo-sisi-lain-film-denias-senandung-di-atas-awan/. Diakses pada 20-01-2010
Rapang, Rudi.(2009.Potong Jari. [Online] http://www.ferry-lase.net/index.php?option=com_content&view=article&id=11:potong-jari&catid=20:budaya&Itemid=32. Diakses pada 20-012010
Sumber foto :
http://www.ferry-lase.net/images/stories/potong%20jari.jpg